"think what you want to think" "say what you want to say" "do what you want to do" so.... "YOU ARE WHAT YOU HAVE DONE"

Selasa, 17 November 2009

cerpen

Cerpenku

Mentari pagi nan indah disinari cahaya yang mengkilau. Tepat seorang wanita berperawakan sedikit gendut, dengan rambut yang tak rapi dan gayanya yang ala cowok itu, merenung sendiri meratapi kesendirian dengan segenggam handphone serta alunan musik indie yang mengaung. Terlihat sangat kesepian.

“Art...!! lagi ngapain si..??“, sapa Sem. Teman kelasnya yang sedikit cerewet itu.

“Ehmmm….Ga napa-napa. Hehehehehe…”, sapa Artik dengan senyum hangat.

“Mau ngapain...??? Nganggu keheningan pagi gue aja. Hehehehe....“, ledeknya.

Ga ngapa-ngapain..Cuma nyapa. Ga boleh??? Pelit...!!“, jawab Semmy dengan suara kecilnya.

Biarin...!! Pelit pangkal kaya. Hahahaha....“, jawab Artik.

* * *

Seminggu sebelum Tes Kenaikan Kelas. Artik masih terlihat santai dengan canda tawanya. Serasa Tes itu tak menjadi masalah baginya. Padahal dia adalah anak yang tak tergolong pintar tetapi, sifat malasnya lah yang membuatnya selalu santai. Dia menganggap, kalau hidup ini dijalani dengan enjoy akan terasa labih ringan.

Sekitar bulan ini, dia mendapat perhatian khusus dari seorang teman lelakinya. Teman sekelasnya yaitu Brand. Dia tak tahu apa maksud dari perhatian itu. dia menganggap semua itu biasa-biasa saja.

Hampir beberapa minggu dia selalu menjalin komunikasi dengan Brand. Melalui Facebook, Mxit, atau SMS. Semua itu berjalan lancar dan apa adanya.

“Eh….Lo sekarang lagi deket ma’ siapa??“, tanya Brand lewat SMS.

“Ehhmmm.....Gue ga lagi deket sama siapa-siapa. Hehehehe....Napa emang??“, jawab Artik dengan polosnya.

Kegiatan SMS itu terus berlanjut sampai Artik menulis “Sorry...pulsa limit ni....dah dulu ya..“.

Alasan yang bagus untuk mengakhiri. Dia memang pandai dalam urusan beralasan.

* * *

Berawal dari ber-SMS-an dia mulai dekat dengan Brand. Dia masih menganggap semua itu biasa saja. Tak ada yang special.

Suatu hari, dia menerima ajakan lewat SMS dari Brand. Ajakan jalan bareng. Ajakan yang pernah dia tolak, karena merasa dia bukan siapa-siapa Brand. Kali ini ajakan itu dia terima dengan sedikit pemaksaan diri. Sebelum itu, dia telah sharing ke pada Semmy tentang itu. Di Mxit.

Gimana nih?? Bingung Gue. Terima atau ga??“, tanya Artik bingung.

“Ehhmmm.... Terserah Lo lah... Lo yang mau ngejalanin juga...“, jawab Semmy.

“Iyah gue tau..!! Gue minta pendapat lo..!! Kasih solusi yang baik kek..!!“, jawab Artik menggerutu.

“Jawab iya aja. Brand ini...biasa aja...ga sah lebay deh...jangan GeeR ya..hehehehe...“, ledek Semmy.

Halah....lebay lo...!! gue juga biasa aja kali...iya deh...gue terima aja. Mumpung gratis ni...hehehehe...“, jawab Artik dengan se-ceplos-nya.

* * *

Seminggu masa Tes kenaikan kelas telah usai. Saatnya mendinginkan otak dengan kegiatan classmeeting. Ramai, seru, dan mendebarkan.

Dewi Fortuna tak berpihak dengan kelas Artik. Kelasnya tak mendapatkan satu gelar pun. Dibalik itu semua ternyata berakhir dengan indah. Menambah rasa kekeluargaan kelasnya.

Sehari setelah itu,sehari sebelum mendapatkan raport, berita duka datang secara mengejutkan. Tak ada yang percaya akan ini semua. Artik pun merasa semua ini khayal.

“Na….ni maksudnya apa?? Kenapa lo pergi secepat ini?? Kita masih butuh lo. Kita sangat kehilangan lo Na…!!! lo pergi ga pamit…sama gue…ga ada ucapan terakhir Na…!! kenapa Na..??!!”, tangis Artik dalam kepedihannya.

Dia menulis sesuatu untuk Dana. Di sebuah note di handphone-nya. Tentang tangis hatinya atas kepergian temannya.

Hari ini...Kelabu..Terasa Sesak tuk bernapas

Aku tak ada daya tuk berteriak

Senyum bibir pun tak mengembang

Hari ini...Penuh dera tangis yang bersautan

Rasa tak percaya akan kehendak Yang Kuasa

Ternyata akhir napas tak selalu tua

Dia tak mengenal usia

Tiba-tiba.....Tak terduga...

Semua membisu karenanya

Hanya awan gelap yang mengeluarkan air hujannya

Seraya mewakili tangis kita

Akan datangnya hari akhir seseorang

Mukjizatlah yang dapat membawamu kembali

Tapi, dunia ini fana

Tak ada yang abadi

Kami hanya bisa memberimu ucapan selamat tinggal

Kami hanya bisa berpetuah dengan bibir dan tangan ini untuk memberimu kursi emasNya

Kami hanya bisa mengubur secarik kertas tentangmu di hati

Kami hanya bisa memberimu tangis duka

Hanya itu sobat

Selamat jalan....

Untuk selamanya....

Dia kehilangan sesosok teman. Teman basketnya. Teman tawanya. Dia merasa terpukul karena itu. Dia terdiam, menagis, masih dengan rasa tak percaya. Keesokkan harinya, Jum’at kelabu yang penuh tangis. Artik hanya bisa membisu diam dalam tangis. Tak seorang pun berani menyapanya. Menyapa muka yang bermuram durja itu. Matanya yang bengkak karena tangis. Dia sangat kehilangan sesosok pengganti Kapten Basket Putra.

“Ne....gue masih ga percaya...gue masih bingung....kayak ga percaya akan ini semua....Ne...!!!“, curhatnya pada salah satu teman basketnya, Nane.

“Iya....Art....gue tahu....bukan cuma lo yang kehilangan sesosok Dana. Tapi kita semua juga...!! yang harus kita lakuin sekarang hanya pasrah dan merelakan kepergiannya, untuk selamanya.“, bentak Nane pada Artik.

“Iyah Ne....gue tahu. Gue kan selalu mendoakan sahabat gue...Dana. Agar dia tenang disana. Amin.”, balas Artik.

Hari itu juga, mereka semua rombongan dari anak-anak basket, Pramuka, teman-teman sekelasnya, serta sahabat-sahabatnya, melayat ke kediamannya. Untuk terakhir kalinya, melihat sesosok sahabat kita, Dana. Semua air mata tumpah meruah. Semua hanya bisa menangis dan terdiam. Hanya membisu, melihat raga Dana yang ditandu oleh kendaraan ambulance yang mengantarnya pulang ke tempat terakhirnya.

* * *

Seminggu setelah awan duka berkabung, sekolah menjadi seperti semula. Walau sangat terasa perbedaannya. Tanpa adanya canda tawa Dana. Tapi, mereka semua masih mengenang berjuta-juta kenangan akan kebersamaan mereka dulu, didalam hati mereka.

Libur semester selama 3 minggu, Artik hanya menggunakan waktu liburnya untuk bermain basket. Meneruskan progam diet-nya. Serta menonton televisi dari pagi sampai malam.

Waktu liburan inilah, Brand mengajak Artik jalan. Sempat beberapa kali terjadi penundaaan, akhirnya mereka jadi melaksanakan rencana itu. Tujuan mereka adalah pantai. Menurut Brand itu tempat yang cocok untuk didatangi. Perjalanan yang cukup jauh, menempuh jalan yang menanjak dan menurun tajam. Sampai akhirnya, sampai ditempat yang mereka tuju.

Berbincang hal-hal yang mereka sukai serta pribadi masing-masing, membuat mereka terlelap dalam keindahan pantai.

“Art…sebelum pulang kita makan dulu ya..??“, ajak Brand pada Artik.

“Ehhmm....gue tanya Bokap dulu ya…”, dengan bergegas mengambil hanphone.

Gimana Art..?? boleh ga..??”, Tanya Brand penasaran.

“Ehmm…..boleh kok…asal jangan kelamaan ya..“, jawabnya dengan sedikit rasa bimbang.

Tiba di sebuah warung kecil dipinggir jalan. Mie ayam, makanan kesukaan Artik. Dia melahapnya dengan rasa lapar.

“Ehmmmm.....sampai sini aja ya...gue pulang sendiri aja. Ehmm...oh ya...makasih untuk hari ini ya...hehehe....“, salam Artik pada Brand.

Lho...kok gitu...gue anterin sampai rumah aja ya...“, balasnya dengan nada memaksa.

“Udah ga papa.hehehehe...“, senyum Artik hangat.

“OK deh..!! oh ya...gue punya something buat lo. Ehmm…dibuka dirumah aja ya....hehehehehe…”, balas Brand kepada Artik dengan menyerahkan bungkusan tas.

“Apa ini? Gue ga minta apa-apa kok…ngrepotin banget deh…btw, makasih ya…”, jawab Artik bingung.

Mereka berpisah, dengan arah rumah masing-masing.

Artik masih saja dengan sikap polosnya. Yang cuek dan narsis. tak peduli akan apapun.

* * *

Suaru hari, kelas Artik mengadakan sebuah acara besar, yaitu Tour Kelas. Semua ikut tak terkecuali Artik. Artik mendapat masalah akan ini, dia tak diijinkan oleh orang tuanya. Tetapi, dengan gaya manja dan tangisnya, akhirnya Artik bisa juga meluluhkan hati orang tuanya.

Berangkat pagi buta, dari pukul 03.00 pagi, Artik bangun dan mempersiapkan segala keperluannya. Sampai tepat pukul 03.30 pagi, dia berangkat menggunakan sepeda motornya menyusuri hawa dingin di pagi yang gelap. Padahal jarak rumah dan sekolahnya cukup jauh. Sesampainya di sekolah, semua menyambut hangat. Teman-teman sekelasnya sangat mengharapkan kedatangan seorang Artik.

Menuggu dari pukul 05.00 sampai pukul 06.00. Hal yang sangat dibenci Artik. Itu hanya karena menunggu kedatangan Tiaw.

Berangkat lah mereka. Menggunakan kendaraan sederhana. Suasana kebersamaan yang sangat indah.

Dari dataran yang tinggi sampai dataran yang rendah sudah terlampaui, tujuan terakhir adalah pusat keramaian. Kegiatan puncak, yang paling mereka tunggu, shopping free.

Akhirnya, pulang. Menuju kota tercinta. Tengah malam. Artik pun memutuskan untuk pulang, di dini hari, di pukul 01.00. dia hanya sendiri dengan motornya, menyusuri dinginnya malam yang menusuk tulang.

* * *

Kejadian yang sangat membuat Artik tambah jerawat di mukanya. Yaitu, ketika dia sangat marah dan kesal dengan sikap Brand yang selalu me-sms­ dan me-nelponnya. Itu sangat menyebalkan, karena sangat mengganggu kasehariannya. Dia ingin sekali menolak telpon dari Brand, tapi Artik tak sanggup, menurutnya itu adalah suatu ke-tidaksopanaan dalam berteman atau bisa disebut sombong. Sampai akhirnya mencapai puncak batas kenormalan. Artik menulis status di facebooknya, “Ya Alloh...!! gue pengin para parasit ini pergi dari kehidupan gue”. Tulisan itu membuat Brand merasa bahwa dialah parasit itu.

Artik sangat menyesal dengan itu. Dia menjelaskan se-detail-nya tentang kata-kata itu. Dia meminta maaf akan semua itu. Serta pada akhirnya dia tahu bahwa Brand menyukainya. Artik sangat terkejut, dia mengira semua yang terjadi ini hanya sebatas pertemanan biasa. Ternyata Brand menganggap lebih. Artik sungguh sangat menyesal akan hal itu. Dia tak tahu. Dia hanya cewek cuek, supel, dan tomboy yang polos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar